KALAU ADA band dari Indonesia yang albumnya direkomendasikan oleh majalah asing sebagai album yang "wajib" dimilik, mungkin SORE Band adalah pemiliknya. Untuk ukuran perjalan waktu, SORE Band termasuk band yang kenyang dengan beban msuikal. Sampai akhirnya, pada satu titik mereka sepakat untuk menggabungkan pemikiran dan menuangkan segala jenis beban mereka dalam bentuk musik.
SORE berasal dari persahabatan tiga personil, Awan Garnida, Ade Firza, dan Ramondo Gascaro. Mereka awalnya adalah sekumpulan anak muda yang sekolah di Perguruan Cikin [PerCik] Jakarta. Entah sudah sepakat atau tidak, mereka bertiga juga melanjutkan sekolah di Los Angeles bersamaan. Sampai akhirnya tahun 1991, Awan Garnida kembali ke Indonesia. Saat itulah, Awan bertemu dengan Gustri Pramudya dan mengajak bergabung dalam satu project musik.
Pertengahan 1996, dua sahabat Ade Firza dan Ramondo Gascaro kembali ke Indonesia dan bergaung dengan Awan Garnida dan Gusti Pramudya untuk membentuk suatu proyek musik yang dinamakan BAHAGIA. Sayang, proyekc tersebut tidak berjalan semenstinya lantaran Ade Firza harus kembali Amerika merampungkan studinya. Tapi justru disaat Ade Firza pergi itulah,l konsep SORE muncul. Gara-garanya Ade meninggalkan satu konsep lagu berjudul Awan Lembayung. Lagu inilah yang kelak mendasari lahirnya SORE.
Sampai akhirnya, semua personilnya menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia. Ade pun balik dan bergabung lagi dengan teman-temannya. Malah ada nama baru Reza Dwiputratno di posisi gitaris. Akhirnya, SORE lahir dan membaur dalam bentuk pop dengan sentuhan absurd-ecletic.
Kiprah SORE agak unik. Mereka membebaskan kepada masing-masing personil untuk bekembang dengan karater sendiri yang bertanggungjawab. keunikan ini bisa kita simak dalam penggarapan album CENTRALISMO. Album yang --konon-- didedikasikan untuk wilayah Jakarta Pusat [maklum, semua personilnya nyaris semua tinggal di Jakarta Pusat]. Dalam album ini, semua personilnay kebagian jatah menyanyi. Tentu saja mereka punya karakter yang berbeda-beda, tapi itulah yang membuat band ini unik. Milsanya single pertama LIHAT. Ketiga penciptaanya Ade Firza, Ramondo Gascaro, dan Gusti Pramudya bersatu dan menjadikan lagu ini seperti rock retro. Apalagikalo kita melihat single kedua Somos Libres, makin mengukuhkan band ini sebagai band bersama.
Yang menarik, majalah TIME Asia edisi September 2005 merekomendasikan album CENTRALISMO ini sebagai "5 Asian Albums Worth Buying". SORE bersanding dengan Anosha Shankar [album Rise], Tamio Okuda [album Comp], Midival Punditz [album Midival Times], dan Eason Chan [album U87]. Album-album "aneh" ya? Bukan ane, karena album-album ini dipilih dengan asumsi karya musik yang apik dan memang berkualitas untuk dikoleksi.
Sebelum merilis CENTRALISMO yang full album, SORE sempat merilsi mini album berjudul AMBANG [2003] dan tiga single yakni Etalase [2002], Cermin [2004], dan Funk The Hole [2005]. Cermin sendiri masuk kompilasi JKT:SKRG rilisan Aksara Record. Kemudian Funk The Hole masuk dalam kompilasi OST Janji Joni, flm yang dibintangi oleh Nicholas Saputra beberapa waktu lalu.
SORE menjadi satu alternatif musik yang mencoba mencuri dengar. Mereka tak terobsesi meledak dan "harus" terjual jutaan kopi [kalau bisa sih syukur ya..]. Mereka ingin, karya mereka menjadi oase yang menyegarkan di tengah keseragaman karya banyak musisi. Kamu setuju.
Album kedua ports of lima dirilis pada bulan November 2007. Proses pembuatan album ini sendiri memakan waktu kurang lebih satu tahun, berlokasi di Pendulum Studio di bilangan Brawijaya, Jakarta Selatan, dibantu engineer handal Dono Firman dan J.Vanco.
Album yang telah lama dinantikan para penggemar SORE -setelah album pertama ‘Centralismo’ yang banyak menuai pujian- akan memuat kurang lebih 11 lagu, ditambah satu bonus track untuk CD. Ada beberapa lagu yang akan dipersiapkan untuk menjadi single dari album ini, antara lain ‘Apatis Ria’, ‘In 1997 The Bullet Was Shy’, ‘Merintih Perih’, ‘400 Elegi’, ‘Senyum dari Selatan’, dan ‘Karolina’. Sedikit bocoran untuk para penggemar, dalam proses rekaman album ini terlibat pula beberapa musisi lain seperti Ario ‘The Adams’, Tika, dan musisi senior Andi Riyanto. Penyanyi bersuara emas, Rieka Roeslan pun sudah menyatakan konfirmasinya akan berkolaborasi dengan band SORE di salah satu lagunya.
Selain persiapan peluncuran album kedua, band SORE yang terdiri dari Ramondo ‘Mondo’ Gascaro pada keyboards, ‘Sir’ Awan Garnida pada bass, Reza ‘Echa’ Dwiputranto pada electric guitar, ‘Bemby’ Gusti Pramudya pada drums, dan Firza ‘Ade’ Paloh pada accoustic guitar, juga tengah menyibukkan diri dengan kegiatannya masing-masing untuk mengisi bulan Ramadhan.
Mondo dan Bemby beserta Aghi Narottama dari Apeontheroof yang merupakan trio penghasil soundtrack handal untuk film ‘Berbagi Suami’, tengah mempersiapkan soundtrack film layar lebar ‘Lotus Requiem’ yang disutradarai Nia Dinata dan ‘Quickie Express’ yang disutradarai oleh Dimas Djayaningrat. Ade Paloh sepertinya harus mulai berpikir untuk melebarkan sayap ke dunia akting setelah keterlibatannya sebagai aktor tamu di film ‘Lotus Requiem’. Awan dan Echa bersama segenap kru dibantu beberapa orang Neo Kampiuns (SORE fanclub) tengah mempersiapkan Safari Ramadhan a la SORE yang rencananya juga akan melibatkan band-band kompatriot lainnya.
Centralismo - DownloadPorts Of Lima - Download
Contact: Ishak Dharmawan
+62 812 1024 500 / +62 21 7000 9493
Fax: +62 21 851 8055
sore_band@yahoo.com
No comments:
Post a Comment